Tragedi Guru Budi Wafat Setelah Dipukuli Muridnya

Tragedi Guru Budi  Wafat Setelah Dipukuli Muridnya – Maaf sahabat emissimpatikazone postingan kali ini melenceng dari topik pendidikan pendataan madrasah / sekolah, Tetapi postingan ini merupakan tentang topik pendidikan moral siswa terhadap guru.

Baru – baru ini terjadi suatu peristiwa yang sangat amat menyedihkan bagi seorang guru, Jika bulan lalu seorang guru wafat ketika mengerjakan emis memperjuangkan data – data siswa, kali ini seorang siswa justru malah tega memukuli gurunya sendiri. Sungguh ironi, berbanding terbalik dengan pengorbanan guru memperjuangkan nasib muridnya.
Kami memposting artikel ini karena wujud simpati dan prihatin terhadap moral siswa yang sudah melebihi batas wajar. Untuk kalian yang menjadi siswa, Guru ada orang kedua kalian, orang tua pengganti kedua setalah orang tau kandung.  
Tragedi Guru Budi Wafat Setelah Dipukuli Muridnya

Wahai sahabat emissimpatikazone berikut ini kronologi singkat peristiwa Tragedi Guru Budi Wafat Setelah Dipukuli Muridnya

Tak pernah siapapun menduga Kamis kemarin, 1 Februari 2018, hari terakhir guru muda Ahmad Budi Cahyono terakhir mengajar. Berhenti untuk mengajar selama-lamanya. Berpulang ia meninggalkan duka. Pagi ini air mata masih basah di Sampang, Madura.

Guru honorer mata pelajaran seni rupa di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura itu masih sangatlah muda. Masih harum berbunga pula kehidupannya, belum lama usia pernikahannya. Empat bulan buah cinta dalam kandungan istrinya.

Guru Budi mengajar seperti biasa. Meski gaji pas-pasan saja, ia terus mengabdikan dirinya. Bakti dan imbalan kadang tak sejalan, tapi ikhlas ia lakukan berharap suatu hari ia tak lagi jadi guru honorer, semua harapan untuk menafkahi keluarga barunya.

Kamis kemarin, ia mengajar di kelas XI. Pelajaran menggambar tengah dilakukan. HI, siswa itu tak peduli, ia terus mengganggu teman-temannya, bahkan kemudian bisa tidur seenaknya dalam kelas. Guru tak lagi dihargai.

Guru Budi menegur, pipi si siswa dicoret cat air, bukannya sadar. HI merangsek Guru Budi, memukuli kepala gurunya sendiri. Pengganti orang tuanya itu tak lagi dihormati. Terus ia pukuli jika teman-temannya tak melerai.

Setiba di rumah, Guru Budi merasakan sakit kepalanya, makin menjadi. Tak sadarkan diri kemudian. Keluarga membawanya ke RS Dr Sutomo, Surabaya. Semalam, sekitar pukul 21.40, Guru Budi berpulang. Diagnosis dokter mati batang otak.

Guru Budi berpulang dipukuli muridnya sendiri. Tragedi yang tak seharusnya terjadi. Hormat murid kepada guru tak seperti dulu. Sungkan siswa kepada guru tak lagi banyak ditiru. Negeri nanti seperti tak berjiwa lagi. Guru Budi meninggal karena matinya budi pekerti generasi.

Shinta, istri Guru Budi berduka tak terkira. Anak yang baru empat bulan dikandungnya, lahir nanti tak ditunggui ayahnya. Yatim si anak pada kelahirannya.

Shinta akan mengisahkan tentang Guru Budi, guru honorer di daerah terpencil yang meninggal dianiaya muridnya sendiri, kepada anaknya.

Kabar yang tak muncul sebanyak berita lainnya di media massa. Padahal inilah nilai dasar, ketika murid mulai tak menghargai gurunya, ketika siswa bisa memukuli guru semaunya.

“Guru Budi itu ayahmu, Nak,” kata Shinta bertahun kemudian di hadapan pusara bertuliskan Ahmad Budi Cahyono. Tangis terpendam. Masa meredam. Luka mendalam. Terdiam.

Baiklah sahabat, kami harap kejadian ini tidak akan terulang kembali, cukup hanya ini saja.

Foto: Dok. Media Madura
Dari berbagai sumber

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *