Hukum Tajwid Al Quran Surat Al Fatihah Ayat 1-7

Hukum Tajwid Al Quran Surat Al Fatihah Ayat 1-7

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat pembaca yang budiman. Apakah kamu sudah tahu apa itu hukum tajwid? Hukum tajwid adalah kumpulan aturan-aturan yang mengatur cara membaca Al Quran dengan baik dan benar. Dengan mengikuti hukum tajwid, kita dapat mengucapkan setiap huruf, kata, dan ayat dengan tepat, sehingga makna dan keindahan Al Quran tidak terganggu.

Salah satu surat yang wajib kita baca dalam setiap sholat adalah surat Al Fatihah. Surat Al Fatihah adalah surat pertama dalam Al Quran yang terdiri dari 7 ayat. Surat ini disebut juga sebagai Ummul Kitab atau induk dari Al Quran, karena mengandung intisari dari seluruh isi Al Quran. Surat ini juga disebut sebagai As Sab’ul Matsani atau tujuh ayat yang diulang-ulang, karena kita membacanya minimal 17 kali dalam sehari.

Nah, bagaimana cara membaca surat Al Fatihah dengan hukum tajwid yang benar? Apa saja hukum tajwid yang berlaku untuk surat Al Fatihah ayat 1-7? Yuk, kita simak penjelasannya di bawah ini.

Ayat 1: بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 

Ayat pertama surat Al Fatihah adalah بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ, yang artinya “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Ayat ini merupakan ayat pembuka dari setiap surat dalam Al Quran, kecuali surat At Taubah. Ayat ini juga disebut sebagai basmalah, yang berasal dari kata bismi (dengan nama), Allah (nama Tuhan), ar rahman (Yang Maha Pengasih), dan ar rahim (Yang Maha Penyayang).

Hukum tajwid yang berlaku untuk ayat ini adalah sebagai berikut:

  • Lam pada lafadz Allah dibaca tipis atau tarqiq, karena didahului oleh harakat kasrah.
  • Lam pada lafadz ar rahman dan ar rahim dimasukkan ke dalam huruf ra atau idgham syamsiyah, karena huruf ra termasuk huruf syamsiyah yang memiliki tanda tasydid.
  • Huruf ra pada lafadz ar rahman dan ar rahim dibaca tebal atau tafkhim, karena berharakat fathah.
  • Huruf mim pada lafadz ar rahman dan ar rahim dibaca panjang atau mad asli, karena berharakat fathah.
  • Jika ayat ini diwaqafkan atau dihentikan, maka huruf mim pada lafadz ar rahim dibaca dengan ghunnah atau dengung, karena bertemu dengan huruf hamzah.

Ayat 2: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

 

Ayat kedua surat Al Fatihah adalah اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ, yang artinya “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”. Ayat ini merupakan pengakuan dan penghormatan kita kepada Allah sebagai pencipta dan pemelihara segala makhluk. Ayat ini juga mengajarkan kita untuk bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Hukum tajwid yang berlaku untuk ayat ini adalah sebagai berikut:

  • Lam pada lafadz Allah dibaca tipis atau tarqiq, karena didahului oleh harakat kasrah.
  • Huruf mim pada lafadz alhamdu dibaca dengan izhar syafawi atau jelas di bibir, karena bertemu dengan huruf ba.
  • Huruf lam pada lafadz rabbil ‘alamin dibaca jelas atau izhar qamariyah, karena huruf ‘ain termasuk huruf qamariyah yang tidak memiliki tanda tasydid.
  • Jika ayat ini diwaqafkan atau dihentikan, maka huruf nun pada lafadz ‘alamin dibaca dengan ghunnah atau dengung, karena bertemu dengan huruf hamzah.

Ayat 3: الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

 

Ayat ketiga surat Al Fatihah adalah الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ, yang artinya “Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”. Ayat ini merupakan pengulangan dari basmalah, yang menunjukkan sifat Allah yang paling agung dan paling dicintai oleh makhluk-Nya. Ayat ini juga mengingatkan kita untuk selalu berharap rahmat dan kasih sayang Allah dalam segala keadaan.

Hukum tajwid yang berlaku untuk ayat ini adalah sebagai berikut:

  • Lam pada lafadz ar rahman dan ar rahim dimasukkan ke dalam huruf ra atau idgham syamsiyah, karena huruf ra termasuk huruf syamsiyah yang memiliki tanda tasydid.
  • Huruf ra pada lafadz ar rahman dan ar rahim dibaca tebal atau tafkhim, karena berharakat fathah.
  • Huruf mim pada lafadz ar rahman dan ar rahim dibaca panjang atau mad asli, karena berharakat fathah.
  • Jika ayat ini diwaqafkan atau dihentikan, maka huruf mim pada lafadz ar rahim dibaca dengan ghunnah atau dengung, karena bertemu dengan huruf hamzah.

Ayat 4: مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

 

Ayat keempat surat Al Fatihah adalah مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ, yang artinya “Pemilik hari pembalasan”. Ayat ini merupakan pengakuan dan penghormatan kita kepada Allah sebagai penguasa dan hakim yang adil di hari akhir. Ayat ini juga mengajarkan kita untuk takut kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Hukum tajwid yang berlaku untuk ayat ini adalah sebagai berikut:

  • Huruf ya pada lafadz maliki dibaca lemah atau mad layyin, karena berharakat fathah dan bertemu dengan huruf ya mati.
  • Huruf dal pada lafadz yaumid din dibaca tebal atau tafkhim, karena berharakat fathah.
  • Jika ayat ini diwaqafkan atau dihentikan, maka huruf nun pada lafadz din dibaca dengan ghunnah atau dengung, karena bertemu dengan huruf hamzah.

Ayat 5: اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

 

Ayat kelima surat Al Fatihah adalah اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ, yang artinya “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”. Ayat ini merupakan inti dari surat Al Fatihah, yaitu pengabdian dan permohonan kita kepada Allah. Ayat ini merupakan ayat yang paling sering kita ucapkan dalam sholat, karena kita mengulanginya setiap rakaat. Ayat ini juga merupakan ayat yang paling penting dalam Al Quran, karena mengandung dua hal yang disebut sebagai dua kalimat syahadat, yaitu iyyaka na’budu (hanya kepada Engkau kami menyembah) dan iyyaka nasta’in (hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan).

Hukum tajwid yang berlaku untuk ayat ini adalah sebagai berikut:

  • Huruf ya pada lafadz iyyaka dibaca lemah atau mad layyin, karena berharakat fathah dan bertemu dengan huruf ya mati.
  • Huruf dal pada lafadz na’budu dibaca tebal atau tafkhim, karena berharakat fathah.
  • Huruf wau pada lafadz wa dibaca pendek atau sukun, karena tidak memiliki harakat.
  • Huruf ‘ain pada lafadz nasta’in dibaca dengan izhar halqi atau jelas di tenggorokan, karena bertemu dengan huruf hamzah.
  • Jika ayat ini diwaqafkan atau dihentikan, maka huruf nun pada lafadz nasta’in dibaca dengan ghunnah atau dengung, karena bertemu dengan huruf hamzah.

Ayat 6: اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

 

Ayat keenam surat Al Fatihah adalah اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ, yang artinya “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. Ayat ini merupakan permohonan kita kepada Allah untuk memberi kami petunjuk dan hidayah agar kita dapat mengikuti jalan yang benar, yaitu jalan yang sesuai dengan ajaran Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Ayat ini juga merupakan ayat yang paling sering kita minta kepada Allah, karena kita mengulanginya setiap rakaat.

Hukum tajwid yang berlaku untuk ayat ini adalah sebagai berikut:

  • Huruf dal pada lafadz ihdina dibaca tebal atau tafkhim, karena berharakat fathah.
  • Huruf sin pada lafadz sirat dibaca dengan idgham bighunnah atau dimasukkan ke dalam huruf nun dengan dengung, karena bertemu dengan huruf nun mati.
  • Huruf ta pada lafadz sirat dibaca dengan izhar syafawi atau jelas di bibir, karena bertemu dengan huruf lam.
  • Huruf lam pada lafadz al mustaqim dibaca jelas atau izhar qamariyah, karena huruf mim termasuk huruf qamariyah yang tidak memiliki tanda tasydid.
  • Jika ayat ini diwaqafkan atau dihentikan, maka huruf mim pada lafadz al mustaqim dibaca dengan izhar syafawi atau jelas di bibir, karena bertemu dengan huruf hamzah.

Ayat 7: صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ

 

Ayat ketujuh surat Al Fatihah adalah صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ, yang artinya “Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat”. Ayat ini merupakan penjelasan dari ayat sebelumnya, yaitu jalan yang lurus yang kita minta kepada Allah. Ayat ini juga merupakan ayat yang mengajarkan kita untuk meneladani orang-orang yang mendapat rahmat dan ridha Allah, seperti para nabi, para sahabat, dan para ulama, serta menjauhi orang-orang yang mendapat kemurkaan dan kesesatan Allah, seperti orang-orang kafir, munafik, dan fasik.

Hukum tajwid yang berlaku untuk ayat ini adalah sebagai berikut:

  • Huruf sin pada lafadz sirat dibaca dengan idgham bighunnah atau dimasukkan ke dalam huruf nun dengan dengung, karena bertemu dengan huruf nun mati.
  • Huruf ta pada lafadz sirat dibaca dengan izhar syafawi atau jelas di bibir, karena bertemu dengan huruf lam.
  • Huruf lam pada lafadz al ladzina, al maghdubi, dan al daalin dibaca tipis atau tarqiq, karena didahului oleh harakat kasrah.
  • Huruf mim pada lafadz an’amta dibaca dengan izhar syafawi atau jelas di bibir, karena bertemu dengan huruf hamzah.
  • Huruf ha pada lafadz ‘alaihim dibaca dengan izhar halqi atau jelas di tenggorokan, karena bertemu dengan huruf ghain.
  • Huruf wau pada lafadz wa dibaca pendek atau sukun, karena tidak memiliki harakat.
  • Jika ayat ini diwaqafkan atau dihentikan, maka huruf nun pada lafadz daalin dibaca dengan ghunnah atau dengung, karena bertemu dengan huruf hamzah.

Baca Juga : Hukum Tajwid Surat An Nisa Ayat 136

Kesimpulan

Demikianlah penjelasan tentang hukum tajwid Al Quran surat Al Fatihah ayat 1-7 dalam bahasa Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu yang ingin mempelajari dan mempraktikkan hukum tajwid dengan benar. Jangan lupa untuk selalu membaca surat Al Fatihah dengan khusyu’ dan makna, karena surat ini adalah surat yang paling agung dan paling mulia dalam Al Quran. Semoga Allah memberi kita hidayah dan taufik untuk mengikuti jalan yang lurus, amin.

Related posts